Minggu, 29 Mei 2011

Produktif Saat Menopause dengan Terapi Hormon

Terapi hormon terbaru, estradiol dan drospirenone, serta penggunaan fitoestrogen membantu perempuan yang memasuki usia menopause untuk tetap hidup berkualitas dan produktif dalam berkarya. Hal ini diungkapkan oleh dr.Frizar Irmansyah SpOG(K) dari Rumah Sakit Pusat Pertamina dalam seminar Tetap Bahagia dan Produktif Dalam Berkarya di Usia Menopause di Jakarta, beberapa waktu lalu.

"Jumlah perempuan yang memasuki usia menopause semakin meningkat seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup, oleh karena itu para perempuan memerlukan tambahan estrogen agar dapat mengatasi berbagai gejala menopause yang mengganggu sehingga mereka masih bisa terus berkarir," kata Frizar.

Menopause merupakan masa haid terakhir yang masih dikendalikan oleh fungsi hormon indung telur, yang diikuti oleh masa tidak haid selama 12 bulan berturut-turut. Secara fisik, menopause ditandai dengan ketidakteraturan siklus haid, gejolak rasa panas, kekeringan vagina, perubahan kulit menjadi kering dan menipis, keringat di malam hari, serta kerapuhan tulang.

Secara psikologis, menopause ditandai dengan suasana hati yang menunjukkan ketidaktenangan psikis, seperti: mudah marah, perasaan tegang, juga keadaan pikiran yang tidak menentu seperti: khawatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, sangat sensitif, serta merasa tidak berdaya.

Perempuan biasanya mengalami awal masa menopause rata-rata pada usia 48-49 tahun. Namun, ada pula kasus wanita yang memasuki masa menopause lebih dini. Mereka umumnya karena menderita penyakit liver, anemia, diabetes, atau karena pengaruh gaya hidup serta stres berat dalam kehidupan sehari-hari.

Terapi hormonal ini, menurut Frizar, berfungsi menurunkan gejala-gejala menopause serta mencegah kelainan jangka panjang seperti oeteoporosis dan penyakit jantung (cardio vaskular desease). Estradiol dan drospirenone efektif menurunkan tekanan darah wanita menopause dengan hipertensi, menjaga kestabilan berat badan, mencegah gejala penimbunan cairan, serta mencegah osteoporosis.

Dalam kaitannya dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terapi hormonal bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara dan tingginya kejadian stroke, Frizar mengatakan, pemberian terapi hormonal ini harus dilakukan pada perempuan yang tidak memiliki kanker payudara dan gangguan darah.

"Sebelum pemberian terapi sulih hormon, terlebih dahulu harus melakukan pemeriksaan fisik, tekanan darah, pemeriksaan pap smear, mammografi, pemeriksaan gula darah, fungsi liver serta kolesterol. Kalau tidak memenuhi syarat, maka bisa diberikan fitoestrogen, zat dari tumbuhan yang mirip dengan estrogen tetapi mempunyai kekuatan yang lebih lemah," kata Frizar.

Fitoestrogen ini banyak terdapat pada kedelai, kulit bengkoang, lidah buaya, kacang tunggak, sayur-sayuran, tokbi, serta rempah-rempah.

Frizar menekankan, pengobatan menopause tidak hanya dengan pemberian hormon estrogen, tetapi bisa juga dengan obat non hormonal untuk mengatasi gejala menopause seperti mengubah gaya hidup, olah raga, menghindari stres, menjauhi rokok, megurangi asupan kafein, makan buah dan sayuran, serta mengatur gizi yang seimbang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar