CHINA kini tengah menghadapi kekurangan donor sperma, terlebih kualitas sperma menambah masalah ketidaksuburan. Kehidupan yang sibuk, stres di tempat kerja, serta perubahan lingkungan dengan lebih banyak paparan polusi dan paparan radiasi memengaruhi kesuburan.
Di Shanghai, sekitar 2.500 pasangan mencari donor sperma setiap tahunnya, tapi mereka harus menunggu sampai tiga tahun untuk mendapatkannya.
Kepala Bank Sperma Shanghai Li Zheng mengatakan, "Jika Anda datang ke rumah sakit dan melihat pria tanpa sperma atau tidak subur, Anda akan melihat betapa stresnya mereka. Bagi saya, benar-benar sulit untuk menyampaikan berita bahwa ia tidak bisa memiliki anak pada akhir pengobatan. Ini adalah pukulan besar bagi laki-laki. Mereka menghadapi banyak tekanan dan satu-satunya cara membuat istri mereka hamil dan membangun sebuah keluarga adalah dengan mencari sumbangan sperma."
Tapi, bank sperma tidak dapat langsung menemukan donor yang cocok untuk memenuhi permintaan itu karena sumbangan sperma haruslah berkualitas tinggi. Keseluruhan proses pemberian donor sperma memakan waktu 9 bulan.
Dengan semakin meningkatnya populasi di China, banyak pria yang enggan menjalani keseluruhan proses tersebut dan memilih langsung menuju proses terakhir yang berarti semua upaya sebelumnya akan sia-sia.
Adapun pola pikir tradisional juga membuat para pria urung maju sebagai donor. Kecanggungan dan rasa malu adalah beberapa alasan pria China malu menyumbangkan spermanya.
Satu orang mengatakan, "Saya akan segera menikah, saya tidak ingin memiliki anak-anak lain di tempat lain di masa depan. Bagaimana jika mereka datang untuk mengakui saya sebagai ayah mereka?"
Namun, ada pendapat lain, "Mungkin saya akan mempertimbangkan, tetapi untuk sekarang saya tidak punya banyak waktu untuk melakukan hal ini sebagai bentuk amal."
Yang berujar, "Saya pikir tidak apa-apa. Ini seperti menyumbangkan darah." Sekitar 85 persen dari donor sperma saat ini adalah mahasiswa. (Pri/OL-06)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar