Teori Produksi Tentang Islami
Pandangan ini tersirat dari bahasan ekonomi yang dilakukan oleh Hasan Al Banna. Beliau mengutip firman Allah SWT yang mengatakan: “Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah SWT telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan bathin.”
Pandangan ini tersirat dari bahasan ekonomi yang dilakukan oleh Hasan Al Banna. Beliau mengutip firman Allah SWT yang mengatakan: “Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah SWT telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan bathin.”
Semua sumber daya yang terdapat di langit dan di bumi disediakan Allah SWT untuk kebutuhan manusia, agar manusia dapat menikmatinya secara sempurna, lahir dan batin, material dan spiritual. Apa yang diungkapkan oleh Hasan Al Banna ini semakin menegaskan bahwa ruang lingkup keilmuan ekonomi islam lebih luas dibandingkan dengan ekonomi konvensional. Ekonomi islam bukan hanya berbicara tentang pemuasan materi yang bersifat fisik, tapi juga berbicara cukup luas tentang pemuasan materi yang bersifat abstrak, pemuasan yang lebih berkaitan dengan posisi manusia sebagai hamba Allah SWT.
Al-Qur’an juga telah memberikan tuntunan visi bisnis yang jelas yaitu visi bisnis masa depan yang bukan semata-mata mencari keuntungan sesaat tetapi “merugikan”, melainkan mencari keuntungan yang secara hakikat baik dan berakibat baik pula bagi kesudahannya (pengaruhnya). Salah satu aktifitas bisnis dalam hidup ini adalah adanya aktifitas produksi.
Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara faktor produksi(input) dan hasil produksi (output). Hal ini berarti bahwa produksi hanya bisa di lakukan dengan menggunakan factor produksi yang dimaksud. Bila factor produlsi tidak ada maka tidak ada proses produksi. Produksi yang di hasilkan menggunakan factor alam tersebut dengan produksi alami. Sedangkan jika produksi di lakukan dengan memanipulasi factor-faktor produksi disebut produksi rekayasa.[2]
PEMBAHASAN
A. Pengertian Produksi
Dr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padanan kata “produksi” dalam bahasa Arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan ijadu sil’atin (mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajin min ‘anashir alintaj dhamina itharu zamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan pengabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas).
Produksi menurut Kahf mendefinisikan kegiatan produksi dalam perspektif islam sebagai usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam agama islam, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dari dua pengertian diatas produksi dimaksudkan untuk mewujudkan suatu barang dan jasa yang digunakan tidak hanya untuk kebutuhan fisik tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan non fisik, dalam artian yang lain produksi dimaksudkan untuk menciptakan mashlahah bukan hanya menciptakan materi.
Produksi adalah menciptakan manfaat dan bukan menciptakan materi. Maksudnya adalah bahwa manusia mengolah materi itu untuk mencukupi berbagai kebutuhannya, sehingga materi itu mempunyai kemanfaatan. Apa yang bisa dilakukan manusia dalam “memproduksi” tidak sampai pada merubah substansi benda. Yang dapat dilakukan manusia berkisar pada misalnya mengambilnya dari tempat yang asli dan mengeluarkan atau mengeksploitasi (ekstraktif).
Memindahkannya dari tempat yang tidak membutuhkan ke tempat yang membutuhkannya, atau menjaganya dengan cara menyimpan agar bisa dimanfaatkan di masa yang akan datang atau mengolahnya dengan memasukkan bahan-bahan tertentu, menutupi kebutuhan tertentu, atau mengubahnya dari satu bentuk menjadi bentuk yang lainnya dengan melakukan sterilisasi, pemintalan, pengukiran, atau penggilingan, dan sebagainya. Atau mencampurnya dengan cara tertentu agar menjadi sesuatu yang baru.
- Perilaku Produsen
Sebagaimana halnya konsumen ingin memuaskan kebutuhannya dengan cara yang paling efisien, maka produsen juga berusaha memuaskan dirinya dengan menghasilkan barang dengan biaya yang paling murah. di dalam memproduksi output produsen dapat menggunakan faktor-faktor atau variabelyang mempengaruhinya. dalam memproduksi output dapat di gunakan hanya dengan satu variable, namun juga dapat dilakukan dengan lebih dari satu variable[3].
Produksi menggunakan satu variable
Produksi yang dilakukan menggunakan salah satu variabelnya tetap, seperti variabel modal dan tanah. Yang mana modal sebagai variabel dan tanah tetap, dalam produksi satu variabel akan berlaku hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang (the law diminishing returns), yaitu jika variabel di tambah terus maka output semakin lama akan semakin turun secara rata-rata dan secara total[4]. perhatikan kurva yang telah kami siapkan buat temen-temen semua:
Gambar di atas menunjukan bahwa tahap I adalah tahap yang mana masih bisa ditingkatkan karena amsih efisien, demikian pula tahap ke II, akan tetapi memasuki tahap ke III tambahan input hanya memberikan tambahan ouput yang kecil, hal ini menandakan bahwa tambahan input sudah tidak efisien manakala input tersebut
ditambah terus, maka tanpak seperti pada tahap IV, yang mana tambahan produksi justru turun (∆I/∆O positif pada tahap I,II,III dan IV ∆I/∆O pada tahap IV.
Kesimpulan dari kurva di atas, adalah:
Pertama, apabila produsen itu menambah input terus menerus sementara salah satu faktor produksinya tetap, maka pada tahap awal produksi rata-rata produksi/ output meningkat (×/O =AP).demikian juga dengan marginal produknya (dx/Do=MP), dan marginal (MP) output akan semakin besar bila input di tambah terus karean masih banyaknya sumber daya yang terdapat dalam factor produksi yang dianggap tetap tersebut.
Kedua, pertambahan input secara terus-menerus justru akan merugi karena meskipun secara riil produksi masih terus bertambah tetapi rata-rata produksi dan marginal produknya justru akan menurun( Perhatiakan tahap III), dan bila dipaksakan ditambah maka hasilnya justru akan semakin menurun, karena kemampuan sumber daya tidak seimbang dengan pengeksploitasiannya, sehingga memunkinkan hasil produksinya minus bila dibandingkan dengan produksi awal[5].
Oleh karena itu untuk kasus satu factor produksi variable dan lainnya tetap, maka hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1) Produksi dapat di teruskan bila MP>AP
2) Produksi akan mengalami keuntungan tertinggi pada saat MP=AP saat itu produksi masih bisa diteruskan
3) Produksi akan maksimum pada saat MP=0, dan AP akan semakin menurun.
- Mekanisme Produksi Islami
Perbedaan antara ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional adalah pada filosofi ekonomi yang dianutnya dan bukan pada ilmu ekonominya[6], filosofi ekonomi memberikan ruh pemikiran dengan nilai-nilai Islam dan batasan-batasan syariah, sedangkan ilmu ekonomi berisikan alat-alat analisis ekonomi yang bisa digunakan. Dengan kerangkan ini maka alat-alat produksi(tenaga kerja (tk), modal(M), sumber daya alam(SDA), skiil teknologi(T), dalam ekonomi Islam tidak berbeda dengan factor produksi dalam ekonomi konvensional.
Dari factor produksi yang ada maka factor modal harus mendapatkan perhatian dari perspektif Islam. Modal dalam ekonomi konvensional berhubung dengan bunga, namun di dalam agama Islam bunga dilarang(riba).
Gambaran mekanisme produksi Islam[7] dapat dilakukan dengan menggunakan analisis kurva atau grafis. Gambaran mekanisme produksi menunjukan hubungan antara jumlah barang yang diproduksi dan biaya yang dikeluarkan[8].
Kurva biaya(Cost)
Untuk memproduksi suatu produk tertentu dibutuhkan biaya tetap(fixed cost=FC) dan biaya keseluruhan(total cost=TC). Produk yang dihasilkan dijual untuk mendapatakan penerimaan, maka akan ditemukan total peneriman dari hasil pejualan produk atau disebut total revenue(TR). Hubungan antara FC, TC dan TR dapat di gambarkan dalam grafik berikut:
Revenue/Penerimaan
Biaya yang dikeluarkan oleh produsen dibedakan menjadi biaya tetap(TC) dan biaya variabel(VC). Fixed cost adalah besaran biaya yang dikeluarkan tidak dipengaruhi oleh berapa banyak output atau produk yang dihasilkan. Oleh karena itu garis FC digambarkan sebagai garis horizontal. Contoh salah satunya adalah biaya bunga yang harus dibayar produsen, bukan pada berapa banyak output yang dihasilkan[9].
Kurva Permintaan (Revenue)
Total penerimaan merupakan hal penting dalam mekanisme non bunga atau bagi hasil. Oleh karena itu pentetapan nisbah merupakan hal yang mempengaruhi permintaan.
Dalam kaitan dengan total penerimaan ada tiga model, yaitu: Revenue Sharing (rs), Provit Sharing (ps), dan Profit and Lose Sharing.
Revenue Sharing
Dalam siste, bagi hasil yang berubah adalah kurva total penerimaan (TR). Kurva ini akan berputar ke arah jarum jam dari titik 0 (origin) sebagai sumbu putarnya. Besar kecilnya putaran kurva tersebut tergantung pada nisbah bagi hasil yang diberikan kepada pemodal. Kurva TR ini akan berputar sehingga dapat sampai mendekati horizontal sumbu X.
Revenue sharing adalah mekanisme bagi hasil di mana seluruh biaya ditanggung oleh pengelola modal. Sementara pemilik modal tidak menanggung biaya produksi. Titik BEP adalah titik impas yang terjadi ketika TR berpotongan dengan kurva TC (BEP terjadi ketika TR=TC). Bergesernya kurva total penerimaan dari TR menuju TRrs, titik BEP yang tadinya berada pada jumlah Q akan bergeser ke Qrs.
Mekanisme revenue sharing memiliki persamaan dan perbedaan sengan mekanisme bunga. Persamaannya adalah bergesernya Q ke Qi/Qrs, (bahwa Qi > Q dan Qrs > Q) pada kedudukannya di titik BEP. Sementara perbedaannya adalah jika mekanisme bunga yang bergerak adalah kurve biaya tetap dan biaya total, namun pada mekanisme revenue sharing kurva yang bergeser adalah kurva total penerimaan (TR) searah jarum jam.
Apakah Qi > Qrs atau Qi < Qrs atau Qi =Qrs adalah ditentukan oleh seberapa besar bunga dibandingkan dengan berapa besar nisbah bagi hasil.
Profit Sharing
Dalam akad mu’amalah Islam, dikenal akad mudharabah, yaitu akad yang disepakati antara pemilik modal dengan pelaksanaan usaha mengenai nisbah bagi hasil sebagai pedoman pembagian keuntunga. Namun jika usaha tersebut mengalami kerugian, maka seluruh kerugian akan ditanggung oleh pemodal 100%. Si pelaksana akan menanggung kerugian bila kerugian itu disebabkan oleh kelalaian dan/atau melanggar syarat yang telah disepakati bersama.
Pada provit sharing seluruh biaya ditanggung oleh pemodal, maka yang dibagi adalah keuntungan. Kurva TR pada mekanisme bagi hasil akan berputar dengan poros titik BEP (BEP sebagai tanda mulai terjadinya keuntungan). Tingkat produksi sebelum titik BEP tercapai (Q < Qps) adalah keadaan di mana total biaya lebih besar daripada total penerimaan (TC > TR) dan sebaliknya. Putaran TRps akan terjadi hanya berkisar antara kurva TR dengan TC, yaitu ruang yang menggambarkan keuntungan.
Di samping akad mudharabah, ada akad musyarakah. Pada akad ini kedua belah pihak mensepakati nisbah bagi hasil dan penanggungan kerugian sesuai dengan penyertaan modalnya. Mulut buaya sebelum titik BEP adalah menunjukkan kondisi kerugian, sedang mulut buaya di atas titik BEP adalah menunjukkan kondisi keuntungan. Bagi untung yang terjadi pada mulut biaya atas tidak perlu simetris dengan bagi rugi yang terjadi pada mulut buaya bawah, karena bagi untung berdasarkan nisbah sedangkan bagi rugi berdasarkan penyertaan modal masing-masing.
Profit and Lose Sharing
Dalam akad bagi untung dan bagi rugi dapat dilakukan pada akad syirkah. Bagi untung dan bagi rugi tidak terjadi secara simetris, karena adanya dasar yang berbeda. Bagi untung didasarkan pada nisbah, sementara bagi rugi didasarkan pada besaran penyertaan modal. Bagi untung terjadi antara kurva TR dan TC dan bagi rugi terjadi antara kurva TC dan TR, dengan sumbu putarnya dari titik 0. Obyek yang dibagi hasilkan adalah TR-TC.
Efisiensi Produksi
Efisiensi produksi menurut kriteria ekonmi harus memenuhi salah satu dari dari dua kriteria berikut:
- Minimalisasi biaya untu memproduksi jumlah yang sama.
- Optimalisasi produksi dengan jumlah biaya yang sama
PENUTUP
Setiap kegiatan produksi hendaknya di tujukan meningkatkan manfaat dan kemaslahatan dari suatu materi. Produksi juga harus memerhatikan aturan-aturan dan etika dalam syariah Islam. Penggunaan faktor-faktor produksi secara efisien trutama yang berasal dari suber daya bertujuan untuk menjaga keseimbangan alam.
Produsen dalam pandangan ekonomi Islam adalah mashlahah maximizer. Mencari keuntungan melalui produksi dan kegiatan bisnis lain memang tidak dilarang, sepanjang berada dalam bingkai tujuan dan hukum Islam. Mashlahah bagi produsen terdiri dari dua komponon, yaitu keuntungan dan keberkahan.
Seluruh kegiatan produksi terikat pada tatanan nilai moral dan teknikal yang Islami, sebagimana juga dalam kegiatan konsumsi. Secara lebih rinci nilai-nilai ini misalnya adalah berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi pada tujuan akh
makasih telah me,publikasikan teori ini. dengan blog ini saya bisa menyelesaikan tugas secara baik dan benar.
BalasHapus