STUDI terbaru menyoroti adanya peningkatan jumlah atlet muda yang menderita gegar otak dan kembali mendapatkan cedera sebelum benar-benar pulih. Mereka terancam kematian mendadak.
Studi yang dipublikasikan di jurnal Pediatrics pada Senin (20/6), menyoroti kasus kematian mendadak pada atlet muda. Pada penelitian sebelumnya, dari data difokuskan pada kematian akibat masalah kardiovaskular.
Peneliti utama Dr Barry mengkhawatirkan sejumlah pemain sepak bola yang meninggal karena adanya pukulan pada kepala dan leher setelah mereka menderita gegar otak beberapa hari sampai empat minggu sebelumnya. Maron mengingatkan bahaya 'sindrom dampak kedua.
Menurut data, terdapat 1.827 kasus kematian mendadak pada atlet muda antara 1980 dan 2009. Sebanyak 14 persennya (261) disebabkan oleh trauma cedera. Korban trauma yang paling banyak berasal dari pemain sepak bola (148), termasuk 17 pemain SMA yang meninggal karena cedera kepala atau leher setelah mereka telah menderita gegar otak beberapa hari sampai empat minggu sebelumnya.
Pada umumnya, menurut para peneliti, kematian di antara atlet muda memang relatif jarang dan lebih banyak disebabkan masalah kardiovaskular. "Namun, peristiwa ini tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting," kata peneliti dalam studi tersebut.
Studi ini juga menyebutkan sebagian besar kematian sebenarnya bisa dicegah dan menunjukkan betapa pentingnya kelengkapan olahraga dan protocol yang lebih baik seperti bagiamana penanganan atlet terluka dan kapan saat yang tepat untuk kembali bermain serta adanya perubahan peraturan dalam blokade dan tackling.
Dr Joel Brenner, Ketua Dewan Olahraga, Kedokteran, dan Kebugaran American Academy of Pediatrics menyatakan studi ini berisi informasi baru yang penting.
"Ini membuat kita lebih sadar untuk berusaha membuat para atlet muda lebih aman dalam beraksi di lapangan dengan perawatan gegar otak yang tepat," ujarnya seperti dikutip dari Associated Press, Senin (20/6). (Pri/OL-06)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar